DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Kata Pengantar……………………………………………………….
Daftar isi…………………………………………………………….
BAB I Pendahuluan
A. Latar
Belakang …………………………………………….
B. Tujuan
Penulisan ………………………………………….
C. Metode
Penulisan ………………………………………….
D. Sistematika
Penulisan ……………………………………..
BAB II Tinjaun Pustaka
I.Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
…………………………………………………
B. Etiologi/Faktor
Penyebab …………………………………
C. Klasifikasi………………………………………………….
D. Anatomi
dan Fisiologi …………………………………….
E. Pathofisiologi
……………………………………………...
F. Manifestasi
klinis………………………………………….
G. Komplikasi…………………………………………………
H. Pemeriksaan
Diagnostik…………………………………...
I.
Penatalaksanaan……………………………………………
II. Konsep Dasar Askep
A.
Pengkajian…………………………………………………..
B.
Diagnosa dan Intervensi keperawatan……………………..
BAB III Penutup
Kesimpulan dan Saran ……………………………………………...
Daftar Pustaka………………………………………………………
Contoh Askep
|
i
ii
1
2
2
2
3
3
4
5
6
8
9
9
11
13
14
18
Iii
|
BAB I
PENDAHULUAN
1
LATAR BELAKANG
Dalam
era Modernisasi kemajuan dibidang
tekhnologi trasnportasi dan semakin
berkembangnya mobilitas manusia
berkendaraan di jalan raya, menyebabkan kecelakaan yang terjadi semakin meningkat serta angka kematian
semakin tinggi. Salah satu kematian akibat kecelakaan adalah diakibatkan trauma
abdomen. Kecelakaan laulintas merupakan penyebab kematian 75 % trauma tumpul
abdomen, sedangkan penyebab lainnya adalah penganiayaan, kecelakaan olahraga
dan terjatuh dari tempat ketinggian, sedangkan akibat dari penganiayaan
ini disebabkan oleh karena senjata tajam
dan peluru. Oleh karena hal tersebut diatas akan mengakibatkan kerusakan dan
menimbulkan robekan dari organ – organ dalam rongga abdomen atau mengakibatkan
penumpukan darah dalam rongga abdomen yang berakibat kematian. Di Rumah Sakit
data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi. Dalam kasus ini “ Waktu adalah
nyawa ” dimana dibutuhkan suatu
penanganan yang professional yaitu cepat, tepat, cermat dan akurat, baik di tempat kejadian ( pre hospital ), transportasi sampai
tindakan definitif di rumah sakit.
Tindakan definitif dengan jalan pembedahan sangatlah
penting dilakukan, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara pasien,
keluarga pihak dokter maupun perawat
sebagai mitra kerja ataupun merupakan Team Work dalam melaksanakan tindakan
pembedahan sekaligus memberikan Asuhan Keperawatan. Perawat merupakan ujung tombak dan berperan
aktif dalam memberikan pelayanan membantu klien
mengatasi permasalahan yang dirasakan baik dari aspek psikologis maupun
aspek fisiologi secara komprehensif. Mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengertian klien maupun keluarga tentang
penyakit atau sebab dan akibat dari
trauma dan alasan tindakan therapy
pembedahan yang dilakukan, oleh karena
itu sangatlah diperlukan informasi yang adequat. Dengan demikian klien dan
keluarga akan kooperatif dan tingkat kecemasan berkurang. Berdasarkan alasan
yang dikemukakan diatas, maka penulis
tertarik untuk mengambil judul“ Asuhan Keperawatan Klien Tn.T.dengan
masalah keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen di ruang yakud
RSUD.H.DAMANHURI BARABAI.”
2
TUJUAN PENULISAN
a)
memahami pengertian, penyebab, klasifikasi, anatomi fisiologi, perjalanan
penyakit, Manifestasi klinis, Komplikasi, Pemeriksaan diagnostic, dan
pelaksanaan , beserta konsep dasar asuhan keperawatan.
b)
Menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja
untuk perawatan pasien penderita trauma abdomen
c)
Menguraikan prosedur perawatan yang digunakan untuk
pasien penderita trauma abdomen
3 BATASAN
MASALAH
Dalam makalah ini kami hanya
membahas tentang konsep dasar penyakit trauma abdomen. yaitu pengertian trauma
abdomen, penyebab, klasifikasi, Anatomi fisiologi area abdomen, patofisiologi/
perjalanan penyakitnya, Manifestasi klinis, Komplikasi, Pemeriksaan diagnostic,
dan penalaksaan, beserta konsep dasar asuhan keperawatan dan asuhan keperawatan
dari trauma abdomen.
4
METODE PENULISAN
Metode
yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan, dengan
menggunakan beberapa referensi dari buku- buku dan internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TRAUMA ABDOMEN
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Trauma adalah cedera/rudapaksa
atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma abdomen adalah pukulan
/ benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera
tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas,
ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh –
pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13
Juli 2000).
Trauma abdomen
adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).
2. ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan,
kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma
abdomen adalah, sebagai berikut :
1. Penyebab trauma penetrasi
·
Luka
akibat terkena tembakan
·
Luka
akibat tikaman benda tajam
·
Luka
akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi
·
Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
·
Hancur
(tertabrak mobil)
·
Terjepit
sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
·
Cidera
akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
- KLASIFIKASI
Trauma
pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio
dinding abdomen
disebabkan
trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra
abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan
lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Jika
terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di
eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth
& Brunner (2002) terdiri dari:
1. Perforasi
organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen
mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2. Luka tusuk
(trauma penetrasi) pada abdomen
Luka
tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3. Cedera
thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks
yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus
dieksplorasi
- ANATOMI DAN FISIOLOGI
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk
lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian
– abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan
pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan kecil.
Batasan – batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari
panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang
illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot
psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan,
yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak
di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung
empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa
terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas
dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta
abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran
torasika terletak didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf,
peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.
- PATHOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor
– faktor fisik dari kekuatan tersebut
dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk)
untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan
menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma
juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua
keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh
gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah
posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi
cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
§
Meningkatnya tekanan intra abdominal yang
mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk
pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari
organ padat maupun organ berongga.
§
Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding
abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
§
Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara
mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
Pohon masalah:
Trauma
(kecelakaan)
↓
Penetrasi & Non-Penetrasi
↓
Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)
↓
Menekan saraf
peritonitis
↓
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen →
Nyeri
↓
Motilitas usus
↓
Disfungsi usus → Resiko infeksi
↓
Refluks usus output cairan berlebih
Gangguan cairan Nutrisi kurang dari
dan
eloktrolit
kebutuhan tubuh
↓
Kelemahan fisik
↓
Gangguan mobilitas fisik
(Sumber : Mansjoer,2001)
- MANIFESTASI KLINIS
Kasus
trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut Sjamsuhidayat
(1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam,
anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
·
Jejas
atau ruftur dibagian dalam abdomen
·
Terjadi
perdarahan intra abdominal.
·
Apabila
trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak
normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah,
dan BAB hitam (melena).
·
Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai
beberapa jam setelah trauma.
·
Cedera serius dapat terjadi walaupun tak
terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
·
Terdapat
luka robekan pada abdomen.
·
Luka
tusuk sampai menembus abdomen.
·
Penanganan yang kurang tepat biasanya
memperbanyak perdarahan/memperparah keadaan.
·
Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa
keluar dari dalam andomen.
Menurut
(Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari
nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau
tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah
dan cairan
Adanya
penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan
atau udara dibawah diafragma
Nyeri
disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi
rekumben.
4. Mual
dan muntah
5. Penurunan
kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
- KOMPLIKASI
Segera
: hemoragi, syok, dan cedera.
Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).
Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).
- PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Foto
thoraks
Untuk melihat adanya
trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb
diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang
melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan
cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara
bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus
alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya
trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat
menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya
biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan
adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu.
Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi
(gold standard).
1. Indikasi untuk melakukan DPL adalah
sebagai berikut :
o Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan
sebabnya
o Trauma pada bagian bawah dari dada
o Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan
yang jelas
o Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran
(obat, alkohol, cedera otak)
o Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis
(sumsum tulang belakang)
o Patah tulang pelvis
2. Kontra indikasi relatif melakukan DPL
adalah sebagai berikut :
o Hamil
o Pernah operasi abdominal
o Operator tidak berpengalaman
o Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita
yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
- PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis :
1. Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan
dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung
penyebab abdomen akut.
3. Pemasangan NGT
Memeriksa
cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
4. Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi.
5. Laparotomi
Penatalaksanaan keperawatan:
1. Mulai prosedur resusitasi
(memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi) sesuai indikasi.
2. Pertahankan pasien pada
brankar atau tandu papan ; gerakkan
dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan
menimbulkan hemoragi masif.
a) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf.
b) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
a) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf.
b) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
c)
Gunting baju dari luka.
d)
Hitung jumlah luka.
e)
Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
3. Kaji tanda dan gejala
hemoragi.
4. Kontrol perdarahan dan
pertahanan volume darah sampai pembedahan dilakukan.
5. Aspirasi lambung dengan selang
nasogastrik. Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi
kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena
aspirasi.
6. Tutupi visera abdomen yang
keluar dengan balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah kekeringan
visera.
7. Pasang kateter uretra menetap
untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
8. Siapkan pasien untuk
pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah, adanya udara
bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit
kepala, nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan
kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma)
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu),
polanapas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan
tingkah laku/ kepribadian (tenang
atau dramatis)
atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung,
Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus
atau
mengalami gangguan fungsi.
mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami
perubahan
Selera makan.
Selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,
vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,
perubahan status mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
perubahan status mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas
dan
lokasi yang berbeda, biasanya lama.
lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena
kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif.
Gangguan rentang gerak.
Gangguan rentang gerak.
2.
Diagnosa dan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a)
Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
K.H : Kebutuhan
cairan terpenuhi
Intervensi
:
1. Kaji tanda-tanda vital
R/
untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2. Pantau cairan parenteral dengan
elektrolit, antibiotik dan vitamin
R/ mengidentifikasi keadaan
perdarahan
3. Kaji tetesan infus
R/
awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4. Kolaborasi : Berikan cairan
parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu
memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
5. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar.
b)
Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
Tujuan : Nyeri teratasi
K.H : Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
1. Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri klien.
2. Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi abdomen
3. Anjurkan tehnik manajemen
nyeri seperti distraksi
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
4. Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi.
R/ analgetik membantu
mengurangi rasa nyeri.
5. Managemant lingkungan yang
nyaman
R/ lingkungan yang nyaman
dapat memberikan rasa nyaman klien
c) Resiko infeksi berhubungan
dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi
K.H : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda infeksi
R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.
2. Kaji keadaan luka
R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi.
3. Kaji tanda-tanda vital
R/
suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi.
4. Perawatan luka dengan
prinsip sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial
5. Kolaborasi pemberian
antibiotik
R/ antibiotik mencegah adanya infeksi
bakteri dari luar
d)
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan
status kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
K.H :
Klien tampak rileks
Intervensi :
1. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan
ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu
R/ koping yang baik
akan mengurangi ansietas klien.
2. Dorong dan sediakan waktu untuk
mengungkapkan ansietas dan rasa takut dan berikan penanganan
R/ mengetahui
ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan untuk memberikan
penjelasan kepada klien.
3. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri
penguatan penjelasan mengenai penyakit
R/ apabila
klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, klien mengerti
dan diharapkan ansietas berkurang
4. Pertahankan lingkungan yang tenang dan
tanpa stres
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi
5. Dorong dan dukungan orang terdekat
R/ memotifasi klien
e) Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Dapat bergerak bebas
K.H: Mempertahankan mobilitas optimal
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
R/ identifikasi
kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
R/ meminimalisir
pergerakan kien
3. Berikan latihan gerak aktif pasif
R/ melatih otot-otot
klien
4. Bantu kebutuhan pasien
R/ membantu dalam
mengatasi kebutuhan dasar klien
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
R/ terapi fisioterapi
dapat memulihkan kondisi klien
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Trauma tumpul abdomen
adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan
cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar,
pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma
abdomen disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan
olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
2. Saran
Banyak faktor yang bisa
menyebabkan terjadinya trauma abdomen, faktor tertinggi biasanyadisebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas, kemudian karena penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
jatuh dari ketinggian. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki,
hendaknya kita harus selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas, agar
terhindar dari bahaya trauma maupun cedera.
DAFTAR
PUSTAKA
Brooker,
Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. Jakarta: EGC
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC
Doenges. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3.
Jakarta: EGC
FKUI. 1995.
Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
Hudak & Gallo.
2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Mansjoer,
Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media Aesculapius
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer,
Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta
: EGC
Training. 2009.
Primarytraumacare.(http ://www.primarytraumacare.org/ ptcman/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10, 17,
2009, 13.10 1m, diakses: 12 september
2011)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN
DIAGNOSA MEDIS TRAUMA ABDOMEN
DI RUANG PERAWATAN YAKUD
RSUD H. DAMANHURI
BARABAI
I.
BIODATA
A.
IDENTITAS KLIEN
Nama :
Tn. T
Umur :
21 tahun
Jenis kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Suku / Bangsa :
Banjar / WNI
Pendidikan :
Mahasiswa
Bahasa yang digunakan : Banjar
Alamat :
Batung Mandingin
Kiriman dari :
IGD
Tgl masuk RS / Pusk : 17 Agustus 2011 Jam 09. 30 WITA
Tgl pengkajian :
17 Agustus 2011 Jam 10.00 WITA
No. Register :
4383/11
Diagnosa medis : Trauma Abdomen
B.
PENANGGUNG JAWAB KLIEN
Nama :
Ny. S
Umur :
58 tahun
Pekerjaan :
PNS
Agama :
Islam
Hub. Dengan klien :
Ibu
Alamat :
Batung Mandingin
II.
ALASAN MASUK
RUMAH SAKIT
A.
ALASAN DIRAWAT
Kecelakaan lalu lintas dan nyeri pada bagian abdomen
B.
KELUHAN UTAMA
Nyeri abdomen
1.
Provocative / Palliative
Disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan terbentur setang sepeda motor
pada bagian abdomen, nyeri akan bertambah jika klien melakukan pergerakkan,
usaha yang dilakukan untuk menghindari faktor penambah nyeri seperti hanya
berdiam di tempat tidur, kadang-kadang untuk mengurangi nyeri orang tua klien
mengelus – elus bagian yang nyeri.
2.
Quality / Quantity
Nyeri dirasakan apabila klien banyak bergerak, nyeri seperti ditusuk -
tusuk dan klien terlihat meringis apabila nyeri itu timbul.
3.
Regional
Nyeri dirasakan pada bagian abdomen sebelah kiri
4.
Severity Scale
Berdasarkan pengkajian tanggal 17 Agustus 2011 jam 10.00 WITA klien
terlihat meringis kesakitan dengan skala nyeri sedang, skala nyeri:
5.
Timing
Nyeri timbul sesudah klien kecelakaan dan nyeri dirasakan sewaktu klien
melakukan pergerakkan dan lamanya nyeri yang dirasakan klien tidak menentu.
III.
RIWAYAT KESEHATAN
A.
RIWAYAT KESEHATAN SEBELUM SAKIT
Sebelum dirawat klien tidak pernah mengalami sakit yang serius dan tidak
ada riwayat alergi obat atau makanan.
B.
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pada hari minggu tanggal 17 Agustus 2011 sekitar jam 09.00 WITA sehabis klien
jalan-jalan melihat festival di lapangan Dwi Warna Babarai dengan
teman-temannya. Ketika di jalan kendaraan klien menabrak kendaraan orang lain
yang berlawanan arah saat klien mau melewati tumpukkan pasir. Setelah terjadi
tabrakan klien mengalami benturan pada daerah abdomen sebelah kiri akibat dari
benturan setang sepeda motor klien dan terdapat luka lecet pada bagian tangan
dan lutut klien. Kemudian teman-teman dan orang tua klien langsung membawa
klien ke RSUD H. Damanhuri Barabai tanggal 17 Agustus 2011 jam 09.30 WITA untuk
mendapatkan pengobatan dan perawatan.
C.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Menurut keluarga klien dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular dan keturunan seperti hipertensi dan DM.
Genogram
Klien
KET :
= perempuan =
Klien
= Laki-laki =
tinggal serumah
= Meninggal karena usia tua
IV.
AKTIVITAS
HIDUP SEHARI-HARI
A. MAKAN dan MINUM
Di rumah : pola makan klien 3 x sehari, dengan
makanan yang pokok sehari-hari seperti nasi, lauk pauk, sayur mayur dan juga
bila ada buah dengan mene. Klien minum air putih ±
7 – 9 gelas /hari
Di RS :
klien mengalami penurunan nafsu makan, porsi makan yang disediakan hanya ± 2 – 3 sendok yang dimakan. Klien
minum ± 4 – 5 gelas/hari. Diet
yang diberikan adalah bubur biasa (TKTP).
B. ELIMINASI (BAK dan BAB)
Di rumah : klien BAK ±
5 - 6 kali/hari, warna kuning jernih, bau khas, pola BAB 1 - 2 x sehari dengan
konsistensi padat.
Di RS :
pada saat pengkajian klien tidak ada BAB, pola BAK ± 3 x sehari.
C. ISTIRAHAT dan TIDUR
Di rumah :
klien tidur ± 6 – 7 jam pada
malam hari dan jarang tidur siang.
Di RS :
klien istirahat cukup, hanya diam di tempat tidur dan klien bisa tidur.
D. AKTIVITAS
Di rumah : klien beraktivitas sebagai Mahasiswa.
Di RS :
klien tidak dapat beraktivitas karena mengalami nyeri pada bagian abdomen
akibat benturan, terdapat lecet pada tangan dan lutut klien, serta skala
aktivitas 2 (dibantu orang lain)
Skala aktivitas:
0: Mandiri 4:
Pengawasan total
1: Mneggunakan alat bantu 5: Bantuan total
2: Dibantu orang lain
3: Bantuan dan diawasi
E. KEBERSIHAN DIRI
Di rumah : mandi 2 kali sehari, gosok gigi setelah
habis makan, cuci rambut tiap hari dan potong kuku bila dirasa klien panjang.
Di RS :
klien tidak pernah mandi tapi klien hanya diseka oleh orang tuanya atau
keluarganya.
F. REKREASI
Dirumah : klien sering menonton TV, mendengarkan
musik, dan jalan-jalan.
Di RS :
selama dirawat klien tidak pernah nonton TV dan mendengarkan musik maupun
jalan-jalan.
V.
PSIKOSOSIAL
A. PSIKOLOGIS
Klien berharap semoga penyakitnya akan segera sembuh dan menganggap bahwa
kejadian ini adalah suatu cobaan dari Allah SWT. Keadaan klien tampak lemah dan
emosi klien tidak stabil, dan tampak tegang karena kecemasannya terhadap penyakit
yang dialaminya, klien dapat beradaptasi
dengan lingkungan RS dan dapat menerima segala tindakan yang diberikan untuk
kesembuhannya.
B. SOSIAL
Klien dapat diajak bekerja sama dengan baik demi kesembuhannya, hubungan
klien dengan keluarga klien baik ini terlihat dari banyaknya keluarga dan
teman-teman klien yang menjenguk dan menemaninya saat klien dirawat di RS dan
hubungan klien dengan tenaga medis cukup baik, terlihat dari seringnya klien
bertanya kepada perawat.
C. SPIRITUAL
Klien beragama Islam, selama dirawat klien tidak dapat melaksanakan
shalat tetapi klien hanya berdoa untuk kesembuhannya untuk mengurangi
kecemasannya.
VI.
PEMERIKSAAN
FISIK
A. Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis (GCS :
E4, V5, M6)
Penampilan : lemah
· TD : 110/80 mmhg · T : 36,7 ° C.
· Nadi
: 80 x / mnt · R : 24 x / mnt.
·
BB sebelum MRS : 52 kg · BB MRS
: 52 kg
·
TB klien
: 165 cm
B. Head to Toe
A.
Kepala
Bentuk kepala simetris, kulit kepala cukup bersih, posisi kepala tegak
dapat digelengkan ke kiri / kekanan, tidak terdapat luka jahitan.
B.
Rambut
Bentuk rambut lurus, berwarna
hitam, kebersihan cukup baik.
C.
Mata (Penglihatan)
Terlihat bersih (tidak ada
kotoran), struktur mata simetris, fungsi penglihatan baik, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, klien tidak memakai alat bantu penglihatan /
kacamata, dan visus mata 6/6.
D.
Hidung (Penciuman).
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada perdarahan, polip dan
tidak ada peradangan, terlihat bersih (tidak ada benda asing atau secret serta
kotoran yang menempel)
E.
Telinga (Pendengaran)
Bentuk dan posisi simetris, fungsi
pendengaran baik, tidak terdapat luka dan klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
F.
Mulut dan Gigi
Mukosa bibir agak kering, lidah
tampak bersih, jumlah gigi lengkap, kebersihan gigi cukup baik, tidak tercium
bau mulut, fungsi pengecapan baik (dapat membedakan rasa) tidak ada masalah
dalam menelan tapi klien cuma kurang nafsu makan.
G.
Leher
Terlihat bersih(tidak terdapat
kotoran dilipatan kulit), tidak terdapat pembesaran getah bening maupun
kelenjar tiroid, dan tidak ada keterbatasan gerak pada leher.
H.
Thorax (Fungsi Pernafasan)
Bentuk simetris, frekuensi nafas 24 x/menit, tidak terlihat sesak nafas /
tidak menggunakan alat bantu pernafasan, dada teraba datar dan tidak ada nyeri
tekan dan tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi dan wheezing.
I.
Abdomen
·
Inspeksi : wajah klien tampak meringis, bentuk
simetris, tampak kebiruan pada perut bagian kiri, gerakkan perut pada saat
inspirasi dan ekspirasi simetris.
·
Auskultasi :
bising usus menurun 6x/menit
·
Perkusi : -
·
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen
sebelah kiri.
J. Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada gangguan dalam BAK dan tidak
ada nyeri saat BAK.
K.
Ekstremitas
Atas :
Ekstremitas atas sebelah kanan terpasang infuse RL 20 tetes/menit dan
ekstremitas atas sebelah kiri dan kanan terdapat luka lecet.
Bawah :
Ekstremitas bawah terdapat luka lecet pada kedua lutut dan nyeri apabila
digerakkan.
L.
Integument
Turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, warna kulit sawo matang,
suhu 36,7 ºC, dan keadaan
kulit bersih.
VII.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG LABORATORIUM
Tanggal 17 Agustus 2011
Hb : 11,9 gram ( Normal : 11,5 – 15,5 gram %)
Lekosit : 7.430 / mm ( Normal : 6 – 10 ribu/ mm)
Thrombosit : 271.830 / mm ( Normal : 200 – 50.000 / mm)
Gula darah Sewaktu : 104 mg/dl (
Normal : < 220 mg/dl )
VIII.
ANALISA DATA
NO
|
HARI/TGL/JAM
|
DATA KLIEN
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
PARAF MHSW
|
1
|
Rabu,17 Agustus 2011
Jam 10.15 WITA
|
DS : Klien mengatakan nyeri
pada perut bagian kiri bila ditekan
DO :
TD : 110/80 mmHg T : 36,7 ºC
Nadi : 80 x/mnt RR : 24 x/mnt
|
Benturan
benda tumpul
|
Nyeri
abdomen
|
|
2
|
Rabu, 17 Agustus 2011
Jam 10.15 WITA
|
DS : Keluarga klien mengatakan
bahwa klien tidak bisa banyak bergerak karena akan terasa nyeri.
DO :
Skala aktivitas :
0: Mandiri
1: Menggunakan alat bantu
2: Dibantu orang lain
3: Bantuan dan di awasi
4: Pengawasan total
5: Bantuan total
|
Nyeri
|
Gangguan
mobilitas fisik
|
|
3
|
Rabu, 17 Agustus 2011
Jam
10.15 WITA
|
DS : -
DO :
·
Klien tampak cemas
·
Klien terlihat banyak bertanya tentang penyakitnya
kepada perawat
|
perubahan status kesehatan
|
Cemas
|
|
IX.
DAFTAR
MASALAH
NO.
|
HARI/TGL/JAM
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TANGGAL
MUNCUL
|
TANGGAL
TERATASI
|
PARAF
MHSW
|
1
|
Rabu,17 Agustus 2011
Jam 10.15 WITA
|
Nyeri abdomen
berhubungan dengan benturan benda tumpul, di tandai dengan :
DS : Klien mengatakan nyeri
pada abdomen bagian kiri bila ditekan
DO :
TD : 110/80 mmHg, Temp. : 36,7 ºC,
Nadi : 80 x/mnt, dan RR : 24 x/mnt
|
17 Agustus 2011
|
|
|
2
|
Rabu,17 Agustus 2011
Jam 10.15 WITA
|
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, di tandai dengan :
DS : Keluarga klien mengatakan
bahwa klien tidak bisa banyak bergerak karena akan terasa nyeri.
DO :
Skala aktivitas :
0: Mandiri
1: Menggunakan alat bantu
2: Dibantu orang lain
3: Bantuan dan di awasi
4: Pengawasan total
5: Bantuan total
|
17 Agustus 2011
|
|
|
3
|
Rabu,17 Agustus 2011
Jam 10.00 WITA
|
Cemas b/d perubahan status
kesehatan yang ditandai dengan:
DS : -
DO :
·
Klien tampak cemas
·
Klien terlihat banyak bertanya tentang penyakitnya
kepada perawat
|
17 Agustus 2011
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar