BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG.
Trauma
kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja
yang menyebabakan fragmen patah tulang pelvis mncederai buli-buli.
Ruptur
kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Ruptur
kandung kemih ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur ulang
pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh.
B. TUJUAN
PENULISAN.
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui:
a.
Defenisi
b.
Etiologi
c.
Patofisiologi.
d.
Manisfestasi
klinik.
e.
Komplikasi.
f.
Pemeriksaan
Diagnostik
g.
Penatalaksanaan
C. BATASA
MASALAH.
Masalah-masalah yang akan kami
bahas dalam makalah ini adalah tentang defenisi, etiologi, tanda dan
gejala, patofisiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan
D. METODE
PENULISAN.
Makalah ini dibuat dengan metode kepustakaan dengan mengumpulkan bahan
dari buku-buku serta mengumpulkan bahan-bahan dari internet.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG.
Trauma
kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja
yang menyebabakan fragmen patah tulang pelvis mncederai buli-buli.
Ruptur
kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Ruptur
kandung kemih ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur ulang
pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh.
B. TUJUAN
PENULISAN.
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui:
a.
Defenisi
b.
Etiologi
c.
Patofisiologi.
d.
Manisfestasi
klinik.
e.
Komplikasi.
f.
Pemeriksaan
Diagnostik
g.
Penatalaksanaan
C. BATASA
MASALAH.
Masalah-masalah yang akan kami
bahas dalam makalah ini adalah tentang defenisi, etiologi, tanda dan
gejala, patofisiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan
D. METODE
PENULISAN.
Makalah ini dibuat dengan metode kepustakaan dengan mengumpulkan bahan
dari buku-buku serta mengumpulkan bahan-bahan dari internet.
BAB II
LANDASAN
TEORI
I.
KONSEP DASAR PENYAKIT
A.
PENGERTIAN
Trauma buli-bulu atau trauma vesika urinaria merupakan
keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak
ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan
hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomic buli-buli terletak di dalam
rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera. (
R. Sjamsuhidayat, 1998)
Cedera
kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi. Kemungkinan cedera
kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih sehingga bila kandung kemih
penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka daripada saat kosong (arif muttaqin
: 211)
B. ETIOLOGI
Ruptur
kandung kemih terutama terjadi sehingga akibat trauma tumpul pada panggul,
tetapi bisa juga karena trauma tembus seperti luka tembak dan luka tusuk oleh
senjata tajam, dan cedera dari luar, cedera iatrogenik dan patah tulang
panggul. Pecahan-pecahan tulang panggul yang berasal dari fraktur dapat menusuk
kandung kemih tetapi rupture kandung kemih yang khas ialah akibat trauma tumpul
pada panggul atas kandung terisi penuh. Tenaga mendadak atas massa urinaria
yang terbendung di dalam kandung kemih yang menyebabkan rupture. Penyebab
iatrogenic termasuk pascaintervensi bedah dari ginekologi, urolodi, dan operasi
ortopedi di dekat kandung kemih. Penyebab lain melibatkan trauma obstetric pada
saat melahirkan.
C. PATOFISIOLOGI
Trauma vesikaurinaria
terbanyak karena kecelakaan lalu lintas/kecelakaan kerja yang menyebabkan
fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli. Trauma vesika urinaria tumpul
dapat menyebabkan rupture buli-buli terutama bila kandung kemih penuh atau
terdapat kelainan patelegik sepetrti tuberculosis, tumor atau obstruksi sehingga
menyebabkan rupture. Trauma vesika urinaria tajam akibat luka trusuk atau luka
tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat melalui daerah suprapubik ataupun
transperineal dan penyebablain adalah instrumentasi urologic.Fraktur tulang
panggul dapat menimbulkan kontusio atau rupture kandung kemih, pada kontusio
buli-buli hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan hematuria tanpa
eksravasasi urin. Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau
ekstraperitoneal. Rupture kandung kemih ekstraperitoneal biasanya akibat
tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung kemih yang
penuh. Pada kejadian ini terjadi ekstravasasi urin dari rongga perivesikal.
Pohon masalah :
nyeri
|
Asuhan keperawatan perioperatif
|
Sepsis
peritonisis
|
Gangguan
pemenuhan eliminasi urine
|
Tindakan
pembedahan
Respon psikologis
: koping mal adaptif, kecemasan.
|
Ruptur kandung kemih
|
Spasme otot
destrusor peregangan saraf infravesika
|
Respon perdarahan
arteri panggul
|
Respons masuknya
urine ke dalam peritoneum
|
Hematuria
penurunan urine output anuria
|
Actual/resiko syok hipovolumik
|
kecemasan
|
D. KLASIFIKASI.
a. Rupture ekstaperitoneal kandung
kemih.
Ruptur
ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul (89%-100%).
Sebelumnya , mekanisme cidera diyakini dari perforasi langsung oleh fragmen
tulang panggul. Tingkat cidera kandung kemih secara langsung berkaitan dengan
tingkat keparahan fraktur.
b. Rupture kandung kemih
intraperitoneal.
Rupture
kandung kemih intraperitoneal digambarka sebagai masuknya urine secara
horizontal kedalam kompartemen kadung kemih.mekanisme cidera adalah peningkatan
tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tiba kekandung kemih yang penuh.
Kekuatan daya trauma tidak mampu ditahan oleh kemampuan dinding kandung kemih
sehingga terjadi perforasi dan urine masuk kedalam peritoneum.
c. Kombinasi rupture intraperitoneal
dan ekstraperitoneal.
Meknaisme
cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandung kemih seperti peluru
kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk abdominal bawah. Hal
itu akan menyebabkan intraperitoneal, ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan
kandung kemih.
E. TANDA DAN GEJALA
a. Fraktur tulang pelvis disertai
perdarahan hebat
b. Abdomen bagian tempat jejas/hemato
c. Tidak bisa buang air kecil kadang
keluar darah dari uretra.
d. Nyeri suprapubik
e. Ketegangan otot dinding perut bawah
f. Trauma tulang panggul
F. KOMPLIKASI
a. Urosepsis.
Keracunan
septic dari penahanan dan absorbs substansi urin.
b. Klien lemah
akibat anemia.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM / DIAGNOSTIK
·
Hematokrit menurun.
·
Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine,
vesika urinaria dapat pindah atau tertekan.
H.
PENATALAKSANAAN
1.
Atasi syok dan perdarahan.
2.
Istirahat baring sampai hematuri
hilang.
3.
Bila ditemukan
fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal
dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
BAB II
II.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA VESIKA URINARIA.
A. PENGKAJIAN.
Kaji
mekanisme dari riwayat trauma pada kandung kemih. Kaji keluhan nyeri di daerah
suprasimfisis, miksibecampur draah atau mungkin pasian tidak dapat
miksi.pemeriksaan secara umum sering didapatkan adanya syok hipovolemik yang
berhubungan dengan fraktur pelvis dan perdarahan dalam massif. Sering
didapatkan adanya tanda dan gejala sepsis peritonesis akibat masuknya urine
kedalam peritoneum.tanda-tanda klinis cedera landing kemih relative spesipik,
trias gejala ( gross hematuria, nyeri suprapubik, kesulitanvata ketidakmampuan
untuk miksi).
Inspeksi lokalis terdapat adanya tanda
fraktur pubis, hematom perivesika. Pada urine output didapatkan adanya
hematuria, penurunan jumlah urine sampai anuria. Klien terlihat nyeri saat
berkemih.
Pemeriksaan abdominal distensi,
guarding, rebound tenderness, hilangnya/ penurunan suara usus dan tanda-tanda
iritasi [eritoneal menunjukan kemungkinan pecahnya kandung kemih
intraperitoneal.
Pemeriksaan dubur harus dilakukan untuk
mengevalasi posisi prostat. Posisi prostat yang melayang atau pada posisi
anatomis normal mengidinkasikan adanya cedera kandung kemih disertai adanya
cedera kandung kemih disertai adanya ruptur pada uretra.
Pemeriksaan rigiditas cincin panggul dilakukan
untuk menentukan stabilitas panggul apabila didapatkan adanya riwayat trauma
paggul.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Gangguan rasa
nyaman ( nyeri ) s/d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah
bladder, ditandai dengan :
·
Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen
bawah yang terkena.
·
Adanya nyeri tekan pada daerah bladder
yang terkena.
·
Ekspresi wajah meringis / tegang.
Intervensi
:
1. Kaji skala
nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dan karakteristiknya.( Rasional :
Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan
adanya komplikasi ).
2. Atur posisi
sesuai indikasi, misalnya semi fowler.( Rasional : Mmemudahkan drainase cairan
/ luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan ).
3. Berikan
tindakan kenyamanan, misalnya nafas dalam, tekhnik relaksasi / visualisasi.(
Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dengan memfokuskan perhatian pasien ).
4. Kolaborasi
untuk pemberian analgesik.( Rasional : Menurunkan laju metabolisme yang
membantu menghilangkan nyeri dan penyembuhan ).
- Gangguan eliminasi urine s/d trauma bladder
ditandai dengan hematuria.
Intervensi :
1.
Kaji pola berkemih seperti frekwensi
dan jumlahnya.( Rasional : Mengidentifikasi fungsi kandung kemih, fungsi ginjal
dan keseimbangan cairan ).
2.
Observasi adanya darah dalam urine.(
Rasional : Tanda-tanda infeksi saluran perkemihan / ginjal dapat menyebabkan
sepsis ).
3.
Istirahat baring sekurang-kurangnya
seminggu sampai hematuri hilang.( Rasional : Menurunkan metabolisme tubuh agar
energi yang tersedia difokuskan untuk proses penyembuhan pada ginjal ).
4.
Lakukan tindakan pembedahan bila
perdarahan terus berlangsung.( Rasional : Tindakan yang cepat / tepat dapat
meminimalkan kecacatan ).
- Gangguan pemenuhan aktifitas s/d kelemahan fisik
sekunder terhadap trauma, ditandai dengan :
·
Klien tampak lemah.
·
Aktifitas dibantu oleh orang lain /
keluarga.
Intervensi :
1.
Kaji kemampuan fungsional dengan skala
0 – 4.( Rasional : Untuk menentukan tingkat aktifitas dan bantuan yang
diberikan ).
2.
Ubah posisi pasien setiap 2 jam
sekali.( Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah seluruh tubuh dan mencegah
penekanan pada daerah tubuh yang menonjol ).
3.
Lakukan rentang gerak aktif dan pasif.(
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma dan mempertahankan fungsi sendi
dan mencegah penurunan tonus ).
4.
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
ADL.( Rasional : Bantuan yang memberikan sangat bermanfaat untuk menghemat
energi yang dapat digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka )
- Potensial syok hipovolemia s/d pemutusan pembuluh
darah.
Intervensi :
1.
Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan
dan tingkat kesadaran pasien.( Rasional : Terjadinya perubahan tanda vital
merupakan manifestasi awal sebagai kompensasi hypovolemia dan penurunan curah
jantung).
2.
Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.(
Rasional : Perbaikan volume sirkulasi biasanya dapat memperbaiki curah jantung).
3.
Berikan O2 sesuai kebutuhan.( Rasional
: Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung ).
4.
Kolaborasi pemberian obat-obatan anti
perdarahan.( Rasional : Untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan yang
sedang berlangsung ).
5.
Bila perdarahan tetap berlangsung dan
KU memburuk pikirkan tindakan bedah.( Rasional : Tindakan yang segera dapat
menghindarkan keadaan yang lebih memburuk ).
- Potensial infeksi b/d adanya luka trauma.
Intervensi :
1.
berikan perawatan aseptik dan
antiseptik, pertahankan tekhnik cuci tangan yang baik.( Rasional : Cara pertama
untuk menghindari infeksi nasokomial ).
2.
Observasi daerah kulit yang mengalami
kerusakan seperti adanya inflamasi.( Deteksi dini perkembangan infeksi
memungkinkan untuk melakukan tindakan segera dan pencegahan terhadap komplikasi
selanjutnya ).
3.
Pantau suhu tubuh secara teratur, catat
adanya demam dan menggigil.( Rasional : Dapat mengindikasikan perkembangan
sepsis yang selanjutnya memerlukan evaluasi atau tindakan dengan segera ).
4.
Berikan antibiotik sesuai indikasi.(
Rasional : Terapi profilaktik dapat digunakan pada pasien yang mengalami trauma
/ perlukaan ).
- Potensial gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan
Intervensi :
1.
Pertahankan tirah baring, bantu dengan
aktifitas perawatan.( Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi
oksigen )
2.
Pantau frekwensi dan irama jantung,
perhatikan disritmia.( Rasional : Bila terjadi tachikardi, mengacu pada
stimulasi sekunder sistem syaraf simpatis untuk menekan respons dan
menggantikan kerusakan pada hypovolemia relatif dan hipertensi).
3.
Perhatikan kualitas / kekuatan dari
denyut perifer.( Rasional : Pada awal nadi cepat / kuat karena peningkatan
curah jantung, nadi dapat menjadi lemah dan lambat karena hipotensi terus
menerus ).
4.
Berikan O2 sesuai kebutuhan.( Rasional
: Memaksimalkan oksigen yang tersedia untuk masukan seluler ).
BAB III
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.B
DENGAN
TRAUMA VESIKA URINARIA
I.
BIODATA
A. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Ny.B
Umur :
29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :
Islam
Suku / Bangsa : Banjar / WNI
Pendidikan : SLTA
Bahasa :
Banjar
Alamat :
Batung Mandingin
Kiriman dari : IGD
Tgl masuk RS : 12 April 2012 Jam 11. 30 WITA
Tgl pengkajian : 13 April
2012 Jam 10.00 WITA
No. Register : 4383/12
Diagnosa medis : Trauma vesika urinaria
A. PENANGGUNG
JAWAB KLIEN
Nama :
Tn.K
Umur :
31 tahun
Pekerjaan : PNS
Agama :
Islam
Hub. Dengan klien : suami
Alamat :
Batung Mandingin
II.
ALASAN
MASUK RUMAH SAKIT
A. ALASAN
DIRAWAT
Kecelakaan lalu lintas dan nyeri
abdomen bagian bawah dan
keluar darah dari alat kelamin.
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri
abdomen bagian bawah dan klien tidak mampu BAK serta keluar darah dari alat
kelamin.
1. Provocative
/ Palliative
Disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas dan terbentur setang sepeda motor pada bagian
pelvis, nyeri akan bertambah jika klien melakukan pergerakkan, usaha yang dilakukan
untuk menghindari faktor penambah nyeri seperti hanya berdiam di tempat tidur,
kadang-kadang untuk mengurangi nyeri orang tua klien mengelus – elus bagian
yang nyeri.
2. Quality
/ Quantity
Nyeri
dirasakan apabila klien banyak bergerak, nyeri seperti ditusuk - tusuk dan
klien terlihat meringis apabila nyeri itu timbul.
3. Regional
Nyeri
dirasakan pada bagian abdomen bagian bawah.
4. Severity
Scale
Berdasarkan
pengkajian tanggal 13 april 2012 jam 10.00 WITA klien terlihat meringis
kesakitan dengan skala nyeri 2 (sedang), skala keparahan :
0 = tidak terdapat nyeri 2 =
nyeri sedang 4 = nyeri sangat berat
1 = nyeri ringan 3 = nyeri berat
5. Timing
Nyeri
timbul sesudah klien kecelakaan dan nyeri dirasakan sewaktu klien melakukan
pergerakkan dan lamanya nyeri yang dirasakan klien tidak menentu.
III.
RIWAYAT
KESEHATAN
A. RIWAYAT
KESEHATAN SEBELUM SAKIT
Sebelum
dirawat klien tidak pernah mengalami sakit yang serius dan tidak ada riwayat
alergi obat atau makanan.
B. RIWAYAT
KESEHATAN SEKARANG
Pada
hari minggu tanggal 12 april 2012 sekitar jam 11.00 WITA sehabis klien pulang
dari rumah keluarga. Ketika di jalan kendaraan klien menabrak kendaraan orang
lain yang berlawanan arah saat klien mau melewati tumpukkan pasir. Setelah
terjadi tabrakan klien mengalami benturan pada daerah abdomen bagian bawah
akibat dari benturan setang sepeda motor klien dan terdapat luka lecet pada
bagian tangan dan lutut klien. Kemudian teman-teman dan orang tua klien
langsung membawa klien ke RSUD H. Damanhuri Barabai tanggal 12 april 2012 jam
11.30 WITA untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan.
C. RIWAYAT
KESEHATAN KELUARGA
Menurut
keluarga klien dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular dan
keturunan seperti hipertensi dan DM.
Genogram
KET
:
= perempuan =
Klien
= Laki-laki = tinggal serumah
IV.
AKTIVITAS
HIDUP SEHARI-HARI
A. MAKAN
dan MINUM
Di rumah : pola makan klien 3 x sehari,
dengan makanan yang pokok sehari-hari seperti nasi, lauk pauk, sayur mayur dan
juga bila ada buah-buahan. Klien minum air putih ± 7 – 9 gelas /hari
Di RS :
klien mengalami penurunan nafsu makan, porsi makan yang disediakan hanya ± 2 –
3 sendok yang dimakan. Klien minum ± 4 – 5 gelas/hari. Diet yang diberikan
adalah bubur biasa (TKTP).
B. ELIMINASI
(BAK dan BAB)
Di rumah : klien BAK ± 5 - 6 kali/hari,
warna kuning jernih, bau khas, pola BAB 1 - 2 x sehari dengan konsistensi
padat.
Di RS :
pada saat pengkajian klien tidak ada BAB, dan klien tidak mampu BAK melalui kateter
dan hanya darah segar didalam urinebag
klien.
C. ISTIRAHAT
dan TIDUR
Di rumah : klien
tidur ± 6 – 7 jam pada malam hari dan jarang tidur siang.
Di RS : klien istirahat cukup, hanya diam di
tempat tidur dan klien bisa tidur.
D. AKTIVITAS
Di rumah : klien sebagai pelajar SLTA 2 Barabai.
Di RS :
klien tidak dapat beraktivitas karena mengalami nyeri pada bagian abdomen bawah
akibat benturan, terdapat lecet pada tangan dan lutut klien, serta skala
aktivitas 2 (dibantu orang lain)
E. KEBERSIHAN
DIRI
Di rumah : mandi 2 kali sehari, gosok
gigi setelah habis makan, cuci rambut tiap hari dan potong kuku bila dirasa
klien panjang.
Di RS :
klien tidak pernah mandi tapi klien hanya diseka oleh orang tuanya atau
keluarganya.
F. REKREASI
Dirumah :
klien sering menonton TV, mendengarkan musik, dan jalan-jalan.
Di RS :
selama dirawat klien tidak pernah nonton TV dan mendengarkan
musik maupun jalan-jalan.
V.
PSIKOSOSIAL
A. PSIKOLOGIS
Klien
berharap semoga penyakitnya akan segera sembuh dan menganggap bahwa kejadian
ini adalah suatu cobaan dari Allah SWT. Keadaan klien tampak lemah dan emosi
klien tampak stabil, klien juga dapat beradaptasi dengan lingkungan RS dan
dapat menerima segala tindakan yang diberikan untuk kesembuhannya.
B. SOSIAL
Klien
dapat diajak bekerja sama dengan baik demi kesembuhannya, hubungan klien dengan
keluarga klien baik ini terlihat dari banyaknya keluarga yang menjenguk dan
menemaninya saat klien dirawat di RS dan hubungan klien dengan tenaga medis
cukup baik.
C. SPIRITUAL
Klien
beragama Islam, selama dirawat klien tidak dapat melaksanakan shalat tetapi
klien hanya berdoa untuk kesembuhannya.
VI.
PEMERIKSAAN
FISIK
A.
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Compos Menthis (GCS : E4, V5, M6)
Penampilan : lemah
· TD :
110/80 mmhg · Temp 36,7 ° C.
· Nadi
: 80 x / mnt · Resp :
24 x / mnt.
· BB
sebelum MRS : 52 kg · BB MRS
: 51 kg
· TB
klien : 157 cm
B. Head to Too
A. Kepala
Bentuk
kepala simetris, kulit kepala cukup bersih, posisi kepala tegak dapat
digelengkan ke kiri / kekanan, tidak terdapat luka jahitan.
B. Rambut
Bentuk rambut lurus,
berwarna hitam, kebersihan cukup baik.
C. Mata
(Penglihatan)
Terlihat bersih (tidak
ada kotoran), struktur mata simetris, fungsi penglihatan baik, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, klien tidak memakai alat bantu penglihatan /
kacamata, dan visus mata 6/6.
D. Hidung
(Penciuman).
Bentuk
simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada perdarahan, polip dan tidak ada
peradangan, terlihat bersih (tidak ada benda asing atau secret serta kotoran
yang menempel)
E. Telinga
(Pendengaran)
Bentuk dan posisi
simetris, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat luka danj klien tidak
mengguanakan alat bantu pendengaran.
F. Mulut
dan Gigi
Mukosa bibir agak
kering, lidah tampak bersih, jumlah gigi lengkap, kebersihan gigi cukup baik,
tidak tercium bau mulut, fungsi pengecapan baik (dapat membedakan rasa) tidak
ada masalah dalam menelan tapi klien cuma kurang nafsu makan.
G. Leher
Terlihat bersih(tidak
terdapat kotoran dilipatan kulit), tidak terdapat pembesaran getah bening
maupun kelenjar tiroid, dan tidak ada keterbatasan gerak pada leher.
H. Thorax
(Fungsi Pernafasan)
Bentuk
simetris, frekuensi nafas 24 x/menit, tidak terlihat sesak nafas / tidak
menggunakan alat bantu pernafasan, dada teraba datar dan tidak ada nyeri tekan
dan tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi dan wheezing.
I.
Abdomen
Inspeksi : bentuk
simetris, tampak kebiruan pada perut bagian bawah.
Auskultasi : bising usus normal 8x/m
Perkusi : -
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.
J.
Reproduksi
Klien
berjenis kelamin perempuan, terpasang kateter dan keluar darah saat BAK melalui
kateter.
K. Ekstremitas
Atas :
Ekstremitas atas sebelah kanan terpasang infuse RL 20 tetes/menit dan
ekstremitas atas sebelah kiri dan kanan terdapat luka
lecet.
Bawah :
Ekstremitas bawah terdapat luka lecet pada kedua lutut dan nyeri
apabila digerakkan.
L. Integument
Turgor
kulit baik kembali kurang dari 2 detik, warna kulit sawo matang, suhu 36,7 ÂșC,
dan terdapat hematume serta lesi.
VII.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG LABORATORIUM
Tanggal
13 april 2012
Hb : 11,9 gram ( Normal : 11,5 – 15,5 gram %)
Lekosit : 7.430 / mm (
Normal : 6 – 10 ribu/ mm)
Thrombosit : 271.830 / mm (
Normal : 200 – 50.000 / mm)
Gula
darah Sewaktu : 104 mg/dl ( Normal : < 220 mg/dl )
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Trauma buli-bulu atau trauma vesika urinaria merupakan
keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak
ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan
hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomic buli-buli terletak di dalam
rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera. (
R. Sjamsuhidayat, 1998)
Cedera kandung kemih disebabkan oleh
trauma tumpul atau penetrasi. Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi
menurut isi kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin
untuk menjadi luka daripada satu kosong (arif muttaqin : 211)
B. SARAN
Semoga dengan makalah para pembaca dapat mengambil ilmu
dan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini agar
kiranya pembaca dapat memberikan saran dan kritik yag membangun untuk kebaikan
semua.